Terbaru.co.id — Di kota-kota besar kontribusi limbah rumah tangga terhadap total limbah menempati angka paling dominan. Di kota-kota besar Jawa Barat misalnya, hampir delapan puluh persen sampah lingkungan berasal dari limbah rumah tangga. Bayangkan saja bila limbah rumah tangga ini tidak dikelola secara baik dan benar, akan menjadi masalah besar dalam tata lingkungan perkotaan.
Masalah limbah akan tetap menjadi masalah utama yang sulit untuk dipecahkan apabila tidak dimulai dari lingkungan paling kecil, yaitu keluarga. Sebaliknya bila pengelolaan limbah rumah tangga telah berjalan dengan baik dan benar, maka akan mempermudah dalam hal pengelolaan limbah lingkungan lainnya, apalagi bila memperhatikan besarnya angka kontribusi dari limbah rumah tangga ini.
Limbah bisa didefinisikan sebagai buangan yang terjadi dari suatu proses atau kegiatan produksi baik yang terjadi di lingkungan domestik maupun lingkungan industri. Limbah akan selalu ada selama di suatu lingkungan terjadi suatu proses produksi. Jadi, yang dimaksud dengan limbah rumah tangga adalah buangan yang terjadi dari suatu proses atau kegiatan produksi di lingkungan keluarga.
Limbah rumah tangga dari unsur kimiawinya bisa dibagi ke dalam dua bagian yaitu limbah organik dan limbah anorganik, sementara bila dilihat dari karakteristiknya maka limbah rumah tangga bisa dibagi menjadi limbah cair dan limbah padat. Baik limbah organik maupun limbah anorganik atau limbah cair dan limbah padat yang berasal dari rumah tangga ini, tetap saja tak mudah mengelolanya.
Limbah organik seperti kotoran manusia dan hewan selama ini dibuang dengan tidak memperhatikan faktor lingkungan jika tidak mau dikatakan masih dibuang sembarangan, akan berdampak negatif secara luas. Sekalipun jaman sudah maju, peradaban dianggap sudah meningkat pesat tapi dalam hal mengelola limbah rumah tangga terutama yang organik masih menggunakan cara-cara yang tradisional seperti dibuang ke sungai.
Tidak mengherankan bila semakin lama sungai bukan lain menjadi sumber air yang baik tapi menjadi salah satu bagian yang harus menanggung akibatnya yakni menjadi tercemar. Dan ketika sungai tercemar, masyarakat pula yang harus menanggung akibat buruknya.
Pengelolaan Limbah Rumah Tangga
Tata kelola limbah rumah tangga yang menjadi tugas dinas kebersihan kota, selama ini seperti jalan di tempat. Tidak dilakukan terobosan yang signifikan baik ketika menghadapi meningkatnya volume limbah rumah tangga maupun menghadapi karakteristik keluarga dalam kaitannya dengan membuang limbah rumah tangga ini.
Problematika pengelolaan limbah rumah tangga erat kaitannya dengan kultur masing-masing masyarakat. Bahkan mungkin secara teknis bukan saja terkait erat dengan kultur masyarakat melainkan kultur masing-masing keluarga. Dengan demikian tata kelola limbah rumah tangga menjadi masalah yang sangat pelik.
Dalam hal mengelola limbah rumah tangga yang bernilai ekonomis saja misalnya, tetap tidak menjadi bagian dari semangat hidup. Sampah atau limbah masih dianggap sebagai sesuatu yang harus segera dibuang, setidak-tidaknya tidak ada di lingkungan terdekat dengan rumah masing-masing.
Pengelolaan limbah rumah tangga organik seperti kotoran hewan misalnya, selama ini telah banyak yang berhasil secara ekonomis ketika limbah organik dari hewan itu dikelola dengan baik. Pupuk organik dan sumber energi adalah dua hal penting yang bisa diperoleh ketika limbah rumah tangga organik yang berasal dari kotoran hewan ini dikelola dengan baik.
Demikian pula dengan limbah rumah tangga anorganik seperti plastik dan kertas, bila diberi sentuhan kreativitas saja, limbah rumah tangga anorganik ini sangat terbuka untuk memberi nilai ekonomis. Masyarakat Rusia dan Jepang, termasuk dua negara yang telah berhasil mengelola limbah rumah tangga baik yang organik maupun anorganik, sehingga menambah nilai ekonomis. Pembangkit listrik dari limbah rumah tangga ini menjadi salah bukti nyata.
Dalam kaitannya dengan tata kelola limbah baik limbah rumah tangga maupun limbah industri, pengelolaan limbah dapat dibedakan menjadi dua bagian yakni bagaimana memperlakukan limbah dan bagaimana mengelola berdasarkan karakteristik limbah itu sendiri.
Untuk memperlakukan limbah agar tidak menjadi masalah baik terhadap perorangan maupun lingkungan masyarakat, maka perlu dikelola tentang masalah sanitasi. Sanitasi menjadi faktor penting dalam hal mengelola limbah dari sudut bagaimana memperlakukannya.
Maka di sebuah lingkungan harus ada pengelola atau layanan di antaranya layanan air limbah untuk menangani air kakus, kemudian jamban keluarga yang terintegrasi ke unit pengelola layanan air kakus, layanan sampah atau limbah rumah tangga lainnya sebelum sampai ke tempat pembuangan sampah akhir. Tanpa dikelola dengan baik semua limbah rumah tangga ini, maka seperti telah disinggung di muka akan menjadi masalah yang terus-menerus terjadi.
Karakteristik Limbah Rumah Tangga
Dalam kaitannya pengelolaan berdasarkan karakteristik limbah, baik limbah rumah tangga maupun limbah industri dapat dibedakan menjadi limbah cair dan limbah padat. Limbah padat adalah limbah yang dalam pandangan umum dikenal sebagai sampah.
Limbah cair atau dengan kata lain biasa disebut air limbah adalah air buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik yang terjadi di lingkungan keluarga (limbah cair keluarga) maupun di lingkungan industri. Dalam tingkat konsentrasi tertentu, limbah cair dari keluarga maupun dari industri ini akan menjadi sumber pencemaran terhadap lingkungan dan akan mempengaruhi kualitas sumber air di lingkungan.
Dengan demikian baik limbah cair dari keluarga maupun dari industri perlu dikelola dengan baik berdasarkan karakteristiknya. Salah satu alat pembuangan limbah cair di keluarga yang harus ada adalah bagaimana limbah cair tersebut tersalurkan melalui alat yang baik dan benar sampai ke sumber pembuangan limbah cair.
Di dalam sebuah keluarga, alat pembuangan limbah cair ini dimulai dari kamar mandi, dapur, tempat cuci piring dan pakaian. Masing-masing dari sumber pembuangan air ini harus dibedakan dalam pembuatan salurannya sehingga tidak tercampur. Lebih spesifik lagi tentu saja dalam mengelola limbah cair pabrik yang salah satu karakteristiknya adalah limbah cair yang mengandung unsur zat berbahaya.
Septictank yang dibuat dengan memperhatikan standar-standar teknis seperti yang telah ditentukan, akan menjadi bagian terpenting dalam mengelola air limbah cair. Beberapa standar yang harus diperhatikan ketika membuat septictank adalah misalnya saja tentang jarak dari sumur bersih minimal 10 meter. Jarak minimal ini erat kaitannya dengan kemungkinan tercampurnya sumber air bersih.
Daya tampung sebuah septictank harus dirancang untuk menampung sekitar minimal 70 persen dari jumlah total penggunaan air bersih. Ini dimaksudkan agar septictank tidak cepat penuh. Selain itu dalam pembuatan sebuah septictank harus dirancang sejak awal adanya bagian resapan dan adanya saluran air.
Area resapan ini harus diperhitungkan minimal mampu menampung minimal 30 liter per orang/tahun. Dan diperkirakan ruang resapan ini baru perlu diangkat dalam kurun waktu 2 tahun. Secara sederhana untuk sebuah rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga 4 orang misalnya, bisa dibuatkan septictank minimal berukuran 1,5×1,5×2 meter.
Selain dalam bentuk cair, limbah rumah tangga juga ada dalam bentuk padat atau dalam istilah yang umum merujuk pengertian tentang sampah itu sendiri. Secara umum limbah padat dari rumah tangga ini memang tidak memiliki nilai ekonomis. Secara kimiawi, limbah rumah tangga dalam bentuk padat bisa dibedakan menjadi limbah organik dan limbah anorganik.
Pada tingkat konsentrasi tertentu, limbah rumah tangga dalam bentuk padat ini bisa menjadi sumber pencemaran yang tidak saja berbahaya bagi anggota keluarga yang membuang limbah padat secara sembarangan, tapi lebih luasnya menjadi masalah bagi lingkungan sekitar.
Karakteristik dari limbah rumah tangga bentuk padat ini biasanya berukuran kecil, selalu dinamis alias berganti-ganti setiap harinya, bila tidak dikelola dengan baik dan benar dampak negatif cukup luas penyebarannya, bahkan pencemaran yang diakibatkan oleh limbah rumah tangga dalam bentuk padat ini bisa mempengaruhi tingkat kesehatan antar generasi.