Indonesia termasuk negara yang dikelilingi oleh gunung dan lautan. Tak heran, jika banyak gunung aktif yang ada di Indonesia, salah satunya Gunung Bromo. Lantas, bagaimana legenda Gunung Bromo?
Gunung Bromo, Ikon Wisata Probolinggo
Bromo merupakan salah satu gunung aktif yang ada di Indonesia, tepatnya di Jawa Timur. Gunung Bromo mempunyai ketinggian 2329 meter di atas permukaan laut dan berada dalam 4 wilayah kabupaten. Di antaranya adalah Kabupaten Malang, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Pasuruan.
Dikarenakan masih berstatus aktif, menjadi alasan kenapa Gunung Bromo menarik perhatian para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Gunung Bromo identik sebagai ikon dari wisata di Probolinggo. Mengapa demikian? Sebab dari sekian banyak tempat wisata, Gunung Bromo menjadi tempat yang paling sering dikunjungi.
Dari segi ukuran, Gunung Bromo tidak sebesar gunung api lainnya di Indonesia. Akan tetapi, pemandangan dari Gunung Bromo sangat memkau. Keindahan Gunung Bromo membuat siapa saja yang datang terkagum-kagum.
Dari punjak penanjakan, yakni pada ketinggian kurang lebih 2780 meter, para wisatawan bisa menikmati keindahan sunrise. Momen ini sayang untuk dilewatkan. Tak heran, jika banyak wisatawan yang mengabadikannya dalam foto.
Pada saat sunrise terlihat dari puncak penanjakan, wisarawan akan dimanjakan dengan latar depan Gunung Semeru yang seolah-olah mengeluarkan asap bersamaan dengan naiknya sinar matahari ke langit. Jika tertarik untuk menikmati momen seperti ini, rasanya Anda harus pergi ke Bromo jauh lebih pagi.
Gunung Bromo bisa dibilang sebagai lokasi terbaik di Indonesia untuk menikmati keindahan sunrise. Untuk bisa mencapai penanjakan Bromo, para wisatawan dimudahkan dengan jasa sewa jeep. Anda bisa menyewa jeep untuk mengantarkan ke lokasi-lokasi menarik di Gunung Bromo.
Lantas, bagaimana sih legenda Gunung Bromo? Karena konon katanya, legenda Gunung Bromo berkaitan tentang percintaan. Daripada penasaran, berikut legenda dari Gunung Bromo.
Seperti Apakah Legenda Gunung Bromo Itu?
Legenda Gunung Bromo itu diawali dengan sebuah desa yang letaknya tak jauh dari Gunung Bromo, ada seorang anak perempuan yang lahir sebagai titisan dewa. Wajahnya cantik rupawan nan elok.
Menurut legenda gunung bromo. Saat lahir, bayi perempuan ini menangis sebentar, lalu terdiam. Bayi perempuan itu terlihat tenang. Hingga akhirnya, bayi perempuan itu pun dinamai “Rara Anteng”. Dalam bahasa Jawa, anteng diartikan tenang.
Tak terasa, Rara Anteng pun tumbuh besar menjadi gadis yang cantik jelita. Bahkan bisa dibilang, Rara Anteng adalah gadis tercantik di desa tersebut. Tak heran, jika kecantikannya memikat hati banyak pria.
Sudah banyak pria yang datang melamar Rara Anteng. Kebanyakan dari mereka adalah putera raja yang sudah tentu memiliki kekayaan yang melimpah. Namun kekayaan bukan senjata yang ampuh untuk menaklukan hati Rara Anteng. Rara Anteng pun menolak pinangan para putera raja tersebut.
Pinangan itu ditolak, karena ternyata Rara Anteng sudah jatuh hati kepada Joko Seger, begitu pun sebaliknya. Rara Anteng tak mau menikah dengan pria, selain Joko Seger.
Meski sudah banyak pria yang ditolak, namun bukan berarti tak ada lagi pria yang datang melamar. Hingga pada suatu hari, Rara Anteng dikejutkan dengan kedatangan seorang raksasa dengan muka yang bengis.
Melihat rupa raksasa tersebut, Rara Anteng merasa ketakutan. Bagaimana tidak, matanya besar sekali ditambah lagi dengan janggut dan kumis yang amat lebat, menakutkan bukan?
Ternyata, kedatangan raksasa tersebut adalah untuk melamar Rara Anteng. Betapa terkejutnya, Rara Anteng mendengar keinginan dari raksasa seram tersebut. Dari dalam lubuk hatinya yang terdalam, Rara Anteng yakin akan menolak lamaran dari raksasa tersebut.
Namun di sisi lain, Rara Anteng takut jika penolakannya membuat raksasa marah. Oleh karena itu, Rara Anteng mencari cara untuk menolak pinangan raksasa secara halus. Rara Anteng pun akhirnya memutuskan untuk memberikan syarat kepada raksasa.
Syaratnya adalah raksasa harus bisa mengubah Gunung Bromo menjadi sebuah danau hanya dalam semalam. Batasnya adalah sebelum ayam jantan berkokok dan fajar menyingsing. Pastikan danau itu harus sudah siap untuk dipakai Rara Anteng mandi pagi hari. Dengan syarat sesulit itu, Rara Anteng yakin bahwa raksasa tidak akan bisa mewujudkan permintaannya dalam waktu yang sesingkat itu.
Tanpa banyak bicara, raksasa pun mulai mewujudkan keinginan Rara Anteng. Raksasa tersebut berusaha sekuat tenaga untuk menggali danau di sekitar Gunung Bromo. Raksasa tersebut menggunakan tempuruk (batok kelapa) yang besar untuk menggali tanah.
Sepanjang malam terdengar suara gemuruh yang sangat keras. Pohon-pohon di hutan satu per satu raksasa tebang dan lemparkan ke laut selatan. Binatang-binatang buas yang ada di hutan pun lari ketakutan melihat kedatangan si raksasa.
Melihat kegigihan raksasa, Rara Anteng merasa sangat gelisah. Rara Anteng khawatir, jika raksasa bisa menyelesaikannya tepat waktu. Malam masih panjang, namun anehnya pekerjaan raksasa hampir selesai. Khawatir si raksasa bisa menyelesaikan, Rara Anteng berusaha mencari akal untuk menggagalkannya.
Saat hari masih malam, langit pun masih gelap pekat, Rara Anteng berjalan dengan terpogoh-pogoh. Rara Anteng berniat untuk pergi ke lumbung. Sesampainya di lumbung, Rara Anteng mengambil alu dan mulai menumbuk padi.
Rara Anteng sengaja menumbuk pagi sekeras mungkin, agar ayam-ayam berkokok. Karena dengan kokoknya ayam menandakan pagi sudah datang dan waktu raksasa sudah habis.
Saking kerasnya, suara itu membangunkan perempuan-perempuan desa. Setelah mengetahui maksudnya, mereka pun ikut menumbuk pagi. Mendengar suara orang-orang menumbuk pagi, membuat ayam jantan terkejut. Ayam jantan di desa pun saling berkokok.
Betapa terkejutnya raksasa mendengar suara ayam berkokok dan bunyi alu yang berdentang. Raksasa bangkit dan berusaha memandang ke arah timur. Namun anehnya langit masih gelap dan sinar matahari pun tak terlihat.
Padahal tinggal sebatok lagi galian tanah yang harus raksasa pindahkan dan syarat dari Rara Anteng bisa terpenuhi. Seketika, badan raksasa menjadi lemas dan meleparkan batok kelapa penuh galian tanah. Hingga akhirnya badan raksasa pun jatuh ke tanah. Batok dan tanah galian tadi menutupi tubuh raksasa dan kini tempat tersebut dikenal dengan Gunung Batok.
Danau yang raksasa buat di sekitar Gunung Batok hampir selesai, namun belum sempat diisi air. Dan kini danau itu dikenal dengan nama Segara Wedi yang artinya laut pasir. Hal ini dikarenakan, danau tersebut dipenuhi dengan pasir.
Lantas, bagaimana dengan nasib Rara Anteng pada legenda gunung bromo? Akhirnya, Joko Tengger melamar Rara Anteng. Keduanya menikah dan menjadi sepasang suami istri yang dikaruniai banyak anak.
Nah, itu dia legenda yang berkaitan dengan Gunung Bromo. Mungkin bagi sebagian orang menganggap informasi seputar legenda tentang suatu tempat itu tidak penting. Padahal justru sangat penting karena menguak asal usul dari tempat tersebut. Apalagi jika tempat tersebut menjadi tempat wisata, seperti halnya Gunung Bromo.
Gunung Bromo bukan hanya menarik perhatian dari para wisatawan domestik, melainkan juga mancanegara. Tak ada salahnya bukan menambah pengetahuan terkait info seputar asal usul dari Gunung Bromo.
Demikianlah ulasan mengenai legenda Gunung Bromo, ikon wisata dari Probolinggo.