Don't Show Again Yes, I would!

4 Cerita Rakyat Jakarta Yang Populer Dan Tokoh Legendanya

Terbaru.co.id — Peduduk asli Jakarta dan pendatang yang telah lama mendiami wilayah Jakarta dan sekitarnya, pasti tidak asing lagi dengan cerita rakyat Jakarta. Sebut saja kisah tentang Si Pitung yang tersohor di seantero wilayah Jabodetabek.
Selain cerita Si Pitung, ada tokoh-tokoh lain yang tak kalah populernya, misalnya si Jampang, Sang Macan Kemayoran. Penokohan dari kaum perempuan dalam cerita Betawi juga tak kalah banyaknya contohnya Nyai Dasima dan Siti Ariah. Para perempuan Betawi ini digambarkan dengan kepribadian yang sabar, tegar, kuat, dan tabah di dalam lingkungan yang patriarkis.
Cerita kaum Betawi, penduduk asli Jakarta, merupakan warisan tradisi yang diturunkan baik secara lisan maupun tulisan. Kemungkinan munculnya cerita rakyat Jakarta adalah pada masa kejayaan tuan tanah. Pada masa itu, hampir seluruh wilayah Jabodetabek dikuasai oleh tuan tanah yang menerapkan peraturan secara semena-mena.
Dari keadaan yang penuh tekanan inilah muncul bentuk-bentuk perlawanan terhadap kediktatoran penguasa. Tapi bukan hanya itu saja, untuk membakar semangat juang rakyat, para seniman pun turut berkontribusi dengan menciptakan kisah-kisah pemberani, lakon, tarian, nyanyian, dan teater.
Jika dikumpulkan dalam satu kompilasi, kisah-kisah rakyat Jakarta jumlahnya sangat banyak. Namun di antara banyaknya tokoh-tokoh dalam cerita rakyat Jakarta, ada beberapa tokoh yang lebih dikenal oleh orang-orang yaitu kisah Si Pitung, Si Jampang, Nyai Dasima, dan Murtado.
Beberapa tokoh mungkin telah kita ketahui kisahnya, namun beberapa yang lain tidak kita ketahui sama sekali. Mari berkenalan dengan empat tokoh populer dalam kisah rakyat Betawi.

Cerita Rakyat Jakarta, Si Pitung, Sang Legenda dari Tanah Betawi

Cerita-Rakyat-Jakarta-Legenda-Sipitung

Ada tiga versi tentang legenda si Pitung ini, yaitu versi Indonesia, Belanda, dan Cina. Dalam versi Indonesia tentu saja si Pitung dianggap pejuang legendaris. Dalam versi Belanda, si Pitung dianggap sebagai seorang penjahat yang menentang mereka. Kisah tentang si Pitung tidak saja disampaikan dalam bentuk cerita lisan, namun juga disampaikan dalam bentuk rancak (balada), syair, ataupun cerita dalam lenong.
Dalam film Si Pitung yang dirilis tahun 1970, diceritakan bahwa si Pitung lahir di kampung Pengumben, Rawa Belong. Di sekitar lokasi stasiun kereta api Palmerah sekarang. Ayah si Pitung bernama Bang Piung, sedang ibunya bernama Mpok Pinah. Si Pitung bersekolah di sebuah pesantren pimpinan Haji Naipin. Dalam film tersebut, si Pitung digambarkan sebagai pendekar silat dari tanah betawi.
Pada cerita rakyat jakarta, nama si Pitung menjadi dikenal orang karena tindakannya dalam membela kaum yang lemah dari penindasan centeng-centeng para tuan tanah dan penjajah Belanda. Ia menjadi buronan dan dikejar-kejar oleh Belanda yang menguasai Batavia.
Ada satu versi cerita yang menyebutkan bahwa si Pitung menjadi perampok orang-orang kaya dan membagi-bagikan hasil rampokannya kepada rakyat miskin. Versi yang satu ini mirip dengan kisah Si Jampang yang terkenal sebagai Robin Hood dari Tanah Betawi. Meskipun pada akhirnya si Pitung wafat akibat diberondong peluru Belanda. Namanya tetap terpatri dalam sanubari rakyat sebagai pahlawan pembela kaum yang lemah.

Cerita Rakyat Jakarta, Legenda Nyai Dasima

Cerita-Rakyat-Jakarta-Legenda-Nyai-Dasima

Nama Nyai Dasima sangat populer dalam kisah rakyat Betawi. Tertuang dalam syair dan pantun, teater, prosa, lenong, film, dan sinetron. Nama Nyai Dasima melegenda setelah G. Francis menulis sebuah novel roman sejarah berjudul Tjerita Njai Dasima pada tahun 1896.
Kemudian pada tahun 1965, S.M. Ardan menuliskan kembali cerita Nyai Dasima ke dalam bentuk naskah drama. Kisah ini pernah beberapa kali diangkat ke layar film bisu. Kali pertama di tahun 1929 dengan judul Njai Dasima I. Setahun kemudian dirilislah Njai Dasima II. Ketika era film bisu berakhir, dirilislah film Nyai Dasima (1932), Dasima (1940), Dasima dan Samiun (1970), dan sinetron Nyai Dasima (1996).
Nyai Dasima dilahirkan di Desa Kuripan, Ciseeng. Karena ingin mengadu nasib dan memperbaiki perekonomian hidupnya, ia hijrah ke kota Batavia. Di Batavia, Nyai Dasima bekerja sebagai bedinde atau pembantu rumah tangga di rumah seorang pejabat kepercayaan Raffles yang bernama Edward William.
Berkat kecantikannya, sang tuan menjadikan Nyai Dasima sebagai gundik atau nyai tanpa dinikahi. Dari hubungannya dengan Tuan Edward ini, Nyai Dasima memiliki seorang anak bernama Nancy.
Dikisahkan bahwa Nyai Dasima merasa berdosa karena kehidupannya sebagai nyai sang tuan. Akhirnya ia meninggalkan kehidupannya dan menikah dengan seorang tukang sado bernama Samiun, sebagai istri kedua. Namun, keputusannya inilah yang akan membawanya pada akhir kisah hidupnya yang tragis.
Menurut cerita, Nyai Dasima wafat akibat dibunuh oleh seorang jawara kampung. Versi G. Francis menyebutkan bahwa sang jawara diperintahkan untuk membunuh Nyai Dasima atas suruhan Samiun, suami Nyai Dasima, yang mengincar hartanya. Sedangkan versi S.M. Ardan menuturkan bahwa yang memerintah si jawara itu adalah istri pertama Samiun yang cemburu pada Nyai Dasima.

Cerita Rakyat Jakarta, Si Jampang, Robin Hood Betawi

Jika Inggris memiliki kisah tentang Robin Hood, maka tanah Betawi pun memilikinya. Kisah tentang seorang si jago silat bernama Jampang, yang sering merampok orang-orang

Cerita-Rakyat-Jakarta-Legenda-Si-Jampang

kaya dan membagikan rampokannya kepada rakyat miskin. Konon, Jampang menguasai beberapa wilayah yang berada di Parung hingga Bogor dan Sukabumi. Daerah-daerah kekuasaan si Jampang dulunya disebut daerah Jampang.
Seperti layaknya si Pitung yang melawan kekuasaan semena-mena para centeng dan tuan tanah, si Jampang pun menjadi momok yang sangat menakutkan bagi para tuan tanah dan orang-orang kaya. Harta benda mereka kerap kali dirampok oleh Jampang untuk dibagi-bagikan kepada rakyat miskin.
Berbeda dari kisah Si Pitung yang gugur akibat diberondong penguasa Belanda di Batavia yang menggunakan akal bulus, Si Jampang menemui ajalnya akibat hukuman mati yang diputuskan oleh pihak pengadilan akibat mencuri sepasang kerbau.
Syahdan, si Jamapang tergila-gila oleh seorang janda bernama Mayangsari. Jampang sempat menaruh guna-guna di rumah Mayangsari agar ia mau menerima pinangan Jampang. Namun hal itu diketahui oleh Abdih, anak Mayangsari. Setelah guna-guna dibatalkan oleh dukun yang memberi guna-guna itu pada Jampang, Abdih menemui Jampang untuk membuat perhitungan.
Dengan akal bulusnya, Abdih meminta mas kawin sepasang kerbau. Karena tidak memiliki harta sepeser pun untuk membeli kerbau, Jampang berniat mencuri sepasang kerbau milik seorang kaya raya. Apa daya nasib berkata lain, pencurian ini membawa Jampang pada hukuman mati.

Cerita Rakyat Jakarta, Mirah, Singa Betina dari Marunda

Cerita-Rakyat-Jakarta-Legenda-Mirah

Kaum perempuan selalu diasosiasikan sebagai makhluk yang lemah lembut. Uniknya, dalam tradisi masyarakat Betawi, sebenarnya pencak silat merupakan suatu keterampilan yang harus dikuasai kaum perempuan Betawi dahulu. Banyak sekali tokoh pendekar perempuan dalam cerita rakyat Jakarta, salah satunya Mirah yang mendapat sebutan Singa Betina dari Marunda. Mirah bukanlah pejuang emansipasi wanita namun merupakan seorang pejuang dalam arti yang sesungguhnya.
Kampung Marunda dahulu merupakan kampung yang menjadi markas tentara Mataram Islam yang berusaha merebut Batavia dari Kompeni Belanda. Banyak sekali pejuang-pejuang berdarah betawi yang turut serta dalam perjuangan ini.
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, tentara Belanda mendompleng tentara NICA (sekutu) yang datang ke daerah Hindia-Belanda, termasuk Indonesia, untuk mengontrol daerah tersebut selepas menyerahnya tentara Jepang. Pada waktu itu, timbul perlawanan terhadap tentara NICA. Rakyat kampung Marunda pun ikut serta dalam mempertahankan kemerdekaan. Termasuk Mirah yang berkat keberaniannya mendapat sebutan Singa Betina dari Marunda.
Tidak banyak kisah yang diketahui tentang Mirah. Namun satu hal yang dapat dipastikan bahwa tokoh Mirah bukanlah hanya dongeng semata, ia benar-benar pernah hidup. Dituturkan bahwa Mirah adalah seorang gadis Betawi yang cantik dan menguasai ilmu beladiri dengan baik.
Ayahnya, Bang Bodong, merupakan jawara yang terkenal di kampungnya. Mirah selalu mendampingi ayahnya dalam menumpas pengacau dan perampok di kampungnya. Mirah yang telah cukup umur untuk menikah, menyatakan akan menikah dengan laki-laki yang dapat mengalahkannya dalam pertarungan satu lawan satu.
Suatu hari, muncullah seorang pemuda yang membuat onar di kampung Mirah. Bang Bodong berhasil dikalahkan oleh pemuda itu, begitu juga Mirah. Namun Bang Bodong tidak marah melainkan senang karena akhirnya telah datang seorang laki-laki yang dapat mengalahkan Mirah.
Si pemuda, yang bernama Asni asal kampung Kemayoran rupanya datang ke kampung Marunda untuk mencari perampok. Ia bersedia menjadi menantu Bang Bodong dengan menikahi Mirah. Ternyata, perampok yang dicari-cari Asni adalah Tirta. Tirta adalah jawara di kampung Karawang. Akhir cerita, penangkapan Tirta dilakukan pada saat pesta pernikahan Mirah dan Asni.
Apakah fungsi sebenarnya dari cerita rakyat? Cerita rakyat kurang lebih memiliki fungsi sebagai suatu media untuk menyampaikan pesan yang berisi kebaikan, nilai-nilai moral, protes, dan hiburan. Semoga kita dapat mengambil pesan kebaikan dan nilai moral yang terkandung dalam cerita rakyat jakarta yang pernah kita baca.

Share:

Jordan Permana (Editor)

Halo, perkenalkan saya merupakan owner dari Terbaru Online. Silahkan kontak kami untuk bekerjasama melalui website ini. Jangan lupa ikuti kami di Google News Terbaru Online Ya Bestie!

Leave a Reply